Beberapa
waktu lalu, saya sedang berkunjung ke tempat sahabat SMA saya di Semarang. Tahu
kan ya di mana kota Semarang. Kota yang menjadi Ibukota provinsi Jawa Tengah,
yang tiap tahun selalu menjadi langganan banjir rob, katanya sih permukaan
daratannya turun beberapa cm tiap tahunnya.
Kota
dengan jalan terumit yang pernah saya temui ini menjadi kota tempat sahabat
saya menuntut ilmu. Hari pertama saya diajak keliling kampusnya, Universitas
Negeri Semarang, kampus ini terletak di daerah perbukitan, udaranya sejuk,
tidak seperti di pusat kotanya.
Ya,
seperti layaknya kampus besar di kota lain, sekitar kampus penuh sesak dengan
penjual makanan, hilir mudik mahasiswa, entah itu jalan kaki, naik motor,
banyak juga yang naik mobil. Seharian muterin kampus, nongkrong di café, makan
bakso, lalapan, di pinggiran jalan, membuat saya sedikit merasa bosan.
Saya
sengaja goda teman saya yang satu ini, masak sih Semarang cuma gini gini aja.
Memang gak ada makanan yang lebih istimewa apa? Setelah teman saya menyebutkan
beberapa nama makanan yang memang terlihat asing di telinga saya, akhirnya saya
memutuskan untuk memilih nama soto selan.
Soto
selan, ya benar, soto selan, itulah namanya. Kata soto sudah sering terdengar
di telinga saya, tapi “selan”, benar-benar asing di telinga saya. Apa itu nama
daerah, nama orang, atau sekedar nama iseng yang dibuat oleh pemegang hak
ciptanya.
Waktu
tiba di lokasi, saya benar-benar heran, banyak mobil yang parkir di sana, belum
lagi motornya. Kondisi ini sangat berbanding terbalik dengan penampakan
warungnya. Sama sekali tak seperti restoran, tapi yang ada datang sepertinya
kebanyakan orang-orang beruang. Gila, warungnya sangat sederhana, layaknya
warung tegal yang biasanya terdapat di pinggir jalan, tempatnya juga tidak
begitu luas. Bahkan saya harus rela antri sekitar 15 menit dahulu sebelum
akhirnya bisa duduk dengan tenang dan menikmati hidangan Soto Selan.
Saya
jadi penasaran, apa yang membuat soto selan ini sebegitu istimewanya, hingga
pelanggan dengan senang hati mengantri menunggu gilirannya. Sambil menunggu
datangnya makanan utama, saya habiskan beberapa gorengan yang tersedia di
mejanya. Gorengannya enak, gurih, tak terasa sudah habis 4 buah. Wah, keburu
kenyang nih.
Akhirnya
yang ditunggu pun datang juga. Datang bersama ciri khasnya, nasi yang disiram
dengan kuah berwarna kuning bertabur suwiran daging ayam dilengkapi dengan
bawang goreng yang membuatnya semakin menambah nafsu makan. Dari aromanya saja
saya sudah tahu bahwa ini enak. Langsung saja saya lahap hidangan yang sudah
dinanti, dan inilah pertama kali saya makan yang namanya soto selan.
Soto
Selan mempunyai rasa yang sangat berbeda dengan soto Jawa Timur, yang
kebanyakan adalah soto lamongan. Maklum saya tinggal di jawa timur, jadi
tahunya cuma soto lamongan dengan kuah kuning yang bersantan. Soto selan juga
mempunyai kuah berwarna kuning, tapi ini bening dan tidak ada santannya.
Soto
selan di sajikan dalam sebuah mangkok, porsinya memang tidak banyak, maklumlah
saya kalau makan pakai porsinya kuli. Akan tetapi jangan khawatir kalau anda
tidak merasa kenyang, karena anda dapat menambahkan makanan sampingan atau lauk
yang beraneka ragam yang ada disana. Mulai dari gorengan, sate kerang, rempelo
ati, ayam goreng, perkedel, sate ayam, dan telur pindang.
Saya
comot lagi gorengan dan telur pindang yang berwarna coklat itu. Rasanya pas
banget sama soto selan. Rasanya berbaur, sungguh memanjakan lidah saya.
Yah,
habis deh soto selannya. Kali ini es teh manis menyegarkan tenggorokan saya,
maklum cuaca di Semarang cukup panas, tidak seperti di Malang, tempat saya
tinggal.
Sayangnya
saya tidak bisa berlama-lama di warung ini, belum habis satu batang rokok, saya
mengajak teman saya keluar. Soalnya saya merasa nggak enak sama yang masih
ngantri. Setelah teman saya membayar semuanya, pulanglah kita.
Di
tengah perjalanan, saya bertanya kepada teman saya terkait rasa, harga dan
semuanyalah. Saya terheran-heran untuk kesekian kalinya, makanan seenak itu
harganya hanya Rp 5.000 per porsi. Benar-benar wow. Jarang sekali saya bisa
menikmati makanan yang enak dan murah, selain masakan ibu saya sendiri.
Soto
selan yang saya kunjungi kali ini berlokasi di Jalan Depok 36B, Semarang, Jawa
Tengah. Saya yakin yang jual Soto selan di Semarang bukan hanya di daerah ini
saja, karena sepanjang jalan saya juga beberapa kali melihat warung nasi yang
bertuliskan soto, entah soto apa itu yang dimaksud.
Bagi
anda yang sedang berkunjung di Semarang, soto selan adalah makanan rekomendasi
saya. Sangat rugi bila anda tidak mencobanya, dan selamat menikmati sensasi
soto selan Semarang. Dijamin puas, kenyak, dan tentu nggak bikin anda bokek.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete