Friday 9 November 2012

Untuk Apa Kuliah?


Pertanyaan itu tentunya sudah sering kita dengar, entah itu dari dosen, teman ataupun tetangga. Hanya satu pertanyaan, namun memberikan beragam jawaban dari tiap-tiap mahasiswa. Jawaban terpopuler adalah “mencari ilmu”, dan jawaban yang paling logis menurutku untuk keadaan saat ini adalah “mencari ijazah”.


Tak dapat dipungkiri lagi, bahwa satu-satunya tujuan kita mengenyam pendidikan tinggi adalah selembar kertas pengakuan (ijazah) dan gelar akademis. Jika hanya ilmu yang kita cari, tak perlulah repot-repot mengeluarkan uang banyak untuk biaya kuliah karena ilmu dapat kita temukan dimana-mana. Ilmu atau pengetahuan dapat kita temukan di pasar, saat ngobrol dengan tukang becak, di hutan ataupun saat sedang dijalanan.

Pemahaman seperti itulah yang saat ini membuat seorang mahasiswa tak lebih baik dari seorang tukang becak. Tahu kenapa?, karena tak sedikit mahasiswa yang sudah melupakan tugasnya, bahkan mereka tak tahu apa kewajiban seorang sarjana. Selain Tridharma Perguruan Tinggi, tugas seorang sarjana adalah untuk berpikir dan menemukan sesuatu yang baru. Lantas apa yang sudah kita pikirkan, lakukan, dan kita temukan sampai saat ini. 

Cara berpikir seorang sarjana atau mahasiswa seharusnya tidak hanya sebatas bagaimana bisa mengerti, memahami dan mendapatkan nilai yang baik. Tugas kita sebagai mahasiswa tidak hanya pendidikan, masih ada penelitian dan pengabdian masyarakat. Jika seorang mahasiswa hanya berorientasi pada nilai, maka dia tidak akan pernah bisa menghiraukan poin ke-2 dan ke-3 dari Tridharma Perguruan Tinggi. Saya tidak menyalahkan ataupun iri dengan mahasiswa yang mempunyai nilai IPK lebih tinggi dari saya. Karena saya juga melihat dan tahu bahwa masih banyak mahasiswa ber-IPK tinggi yang bisa menjalankan tugas dan kewajibannya, meski tak sebanyak mahasiswa yang lalai.

Merekalah yang menjadi persoalan, para mahasiswa yang hanya berorientasi pada nilai yang pada akhirnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai yang baik. Jika sudah begitu, apa bedanya mereka dengan para penjilat yang suka melobi sana-sini. Tugas kuliah diselesaikan dengan hanya mencomot pekerjaan orang lain, laporan Praktek Kerja Lapang ditulis sesuka hati, hingga Skripsi hanya menjadi formalitas yang tak pernah dihiraukan lagi ketepatan informasinya. Data skripsi di-smoothing sana-sini, laporan tak sesuai dengan penelitian tak masalah yang penting jadi. Dosen pembimbing dibohongi dengan data yang tak lagi asli, lebih tragis lagi laporan abal-abal diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan dibahas dalam forum diskusi.

Bukan aku bermaksud menjatuhkan wibawa para mahasiswa, namun itulah fakta yang ada dan aku jumpai saat ini. Aku sendiri juga masih seorang mahasiswa, bahkan aku mahasiswa tua yang tak kunjung wisuda, namun aku tak ingin melakukan hal yang serupa. Hal-hal yang tak seharusnya dilakukan seorang mahasiswa, calon penerus bangsa.

Melalui tulisan ini, aku ingin mengajak kalian semua untuk kembali mengingat, memahami dan melaksanakan tugas seorang mahasiswa. Jangan sampai kita terjerumus menjadi seorang yang oportunis dan kapitalis yang hanya mementingkan diri sendiri. Marilah kita bersama membangun negeri, dengan kekuatan yang ada pada diri kita masing-masing, pada bidang yang kita kuasai. Jangan terlena dengan segala bujuk rayu yang dapat melunturkan idealisme kita saat masih menjabat sebagai mahasiswa. Mari kita buktikan bahwa kita ini mahasiswa yang baik, sopan, dan bertanggungjawab pada lingkungan sekitar.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...